Ammar bin Yasir ra
Ia adalah putra dari Yasir bin `Amir dan Sumaiyyah binti
Khoyyah, seorang budak Hudzaifah. Bertiga mereka termasuk orang-orang yang pertama masuk Islam.
Sebagaimana pemeluk Islam yang mula-mula lainnya, mereka tidak luput dari siksa kaum kafir Quraisy.
Yang ditugaskan menyiksa keluarga Yasir ini, ialah
Bani (keluarga) Makhzum. Keteguhan iman mereka tidak tergoyahkan oleh beragam siksaan
yang amat dahsyat. Sedemikian berat siksa yang mereka terima, sampai Muhammad
Rosulullah saw. bersabda, "Sabarlah wahai
keluarga Yasir, tempat yang telah dijanjikan bagi kalian, adalah surga."
Siksa yang paling berat adalah yang diterima oleh Ammar bin Yasir. Ia pernah dicambuk,
dipanggang, dan ditenggelamkan dalam air sampai pingsan. Sekalipun demikian
imannya tidak pernah pudar. Bahkan keyakinannya kepada Allah SWT dan Rosulullah
saw semakin membaja. Setelah dibebaskan, Ammar bin Yasir benar-benar
mengabdikan dirinya kepada Allah SWT sepenuhnya. Maka jadilah seorang sahabat
yang sangat disayangi oleh Rasulullah saw.
Khubaib
bin `Adi ra
Ia seorang
pemuka Anshor yang terkenal berjiwa bersih, terbuka, dan beriman teguh.
Lebih
dari itu, menurut Hassanbin Tsabit, ia seorang yang lapang dada namun
tegas dan
keras. Khubaib bin ’Adi tercatat sebagai salah seorang
pahlawan dalam Perang Badar karena berhasil membunuh seeorang pemimpin
kaum
kafir Quraisy bernama Harits bin ’Amir bin Naufal. Usai perang, ia
bersama sembilan sahabat lainnya diperintahkan oleh Muhammad Rosulullah
saw pergi ke Mekah, mencari informasi persiapan apa yang dilakukan kaum
kafir Quraisy untuk menebus kekalahan mereka dalam Perang Badar.
Di tengah perjalanan mereka diserang Suku Bani Hayan. Delapan sahabat
syahid
terpanah, sedangkan Khubaib dan Zaid bin Ditsinnah tertangkap dan dibawa
ke
Mekah.
Tertangkapnya
Khubaib merupakan berita gembira bagi anak-anak Harits bin Amir bin Naufal.
Mereka kemudian membeli Khubaib bin Adi guna melampiaskan dendam atas kematian
ayah mereka. Selanjutnya Khubaib dikurung dalam keadaan terikat pada sebuah
tiang besi, sementara anak-anak Harits bin Amir bin
Naufal masih mencari bentuk penyiksaan untuknya. Menghadapi kenyataan ini,
Khubaib menyerahkan hidup dan matinya kepada Allah SWT dengan senantiasa
berdzikir dan berdoa kepada-Nya. Dan Allah menyayangi orang-orang yang selalu
mendekatkan diri kepada-Nya. Ini terbukti dari sebuah keajaiban yang dialami
oleh Khubaib.
Suatu waktu
seorang putri Harits bin Amir menengok Khubaib di penjaranya. Ia terkejut
ketika melihat Khubaib menggenggam setangkai anggur besar nan segar, sambil
memakannya. Putri Harits itu segera memanggil orang-orang Mekah di sekitarnya.
Lalu berkata: "Padahal di Mekah tidak ada sebiji anggur pun. Saya yakin
itu rezeki dari Allah yang diberikan kepada Khubaib."
Sekalipun
demikian, kesadaran orang-orang kafir Quraisy tidak
tergugah untuk memeluk Islam.
Mereka berusaha keras membujuk Khubaib
agar mengingkari Rosulullah saw. Dan setelah usaha mereka
mengkafirkan Khubaib gagal, anak-anak Harits bin Amir bin Naufal mengikat
Khubaib di tiang salib dan menyiksanya hingga wafat. Ialah satu-satunya sahabat
yang syahid di tiang salib.
Sebelum menghembuskan nafas yang terakhir, Khubaib
sempat memohon kepada Allah agar memberitahukan nasibnya kepada
Rosulullah saw. Allah SWT mengabulkan permohonannya. Rosulullah saw.
yang ketika itu berada di Madinah diliputi perasaan kuat yang
memberitahu beliau
bahwa sembilan utusannya yang pergi ke Mekah menghadapi bahaya dan
terbayang
oleh beliau tubuh seorang di antara mereka tergantung di angkasa. Maka
beliau
memerintahkan Miqdadbin
Amar bin Zubair bin Awwan agar segera
pergi ke Mekah. Atas petunjuk Allah pula mereka berdua menemukan tempat
penyaliban Khubaib, lantas mengurus jenazahnya.
Mush`ab bin Umair ra
Ia adalah pemuda
Quraisy yang tampan, cerdas, berahlak mulia dan terpandang. Ia menyatakan diri memeluk Islam setelah merasakan
kebenaran ajaran yang disampaikan oleh Muhammad Rosulullah saw
pada setiap pertemuan di rumah Arqom
bin Abil Arqom di Bukit Shofa. Perjalanan
keimanannya dipenuhi dengan cobaan yang tidak ringan. Ia pernah dikurung di
tempat terpencil oleh ibunya, Khunas binti Malik, seorang pemuka Quraisy.
Lebih dari itu ia tidak lagi diberi tunjangan sandang
pangan yang menjadi haknya sebagai anak.
Betapapun pahit penderitaan yang dialaminya, Mush`ab tidak sudi kembali
ke agama berhala. Baginya, kebenaran dalam aqidah lebih dari segalanya.
Karenanya, ia yang biasa hidup dalam gelimang kemewahan, rela menderita
demi
kebenaran ajaran Islam. Berkat kepribadiannya yang menawan, Mush`ab
dipercaya Nabi saw. menyampaikan ajaran Islam kepada penduduk Kota
Madinah. Amanat tersebut dapat dilaksanakan oleh Mush`ab dengan sukses,
sekalipun ia sering menghadapi rintangan yang membahayakan. Dan ia
menyempurnakan keharuman namanya dalam Perang Uhud, gugur sebagai
syuhada.
Zaid bin Tsabit ra
Ia adalah seorang Anshor
yang sangat cerdas. Ia menyatakan diri memeluk Islam
pada usia sebelas tahun, bersama keluarganya ketika Muhammad Rosulullah saw berhijrah ke Madinah.
Sejak memeluk Islam, sekalipun masih
anak-anak Zaid telah mendarmabaktikan dirinya kepada Allah SWT dan Rosul-Nya.
Oleh karena itu ia memohon kepada Rosulullah saw. agar diikutsertakan memperkuat barisan tentara muslim dalam Perang Badar.
Keinginannya tersebut ditolak secara halus, mengingat usianya yang masih belia.
Pada waktu Perang Uhud pun, ia memohon agar diikutsertakan berjuang, sekali
lagi Rosulullah saw. menolaknya. Baru
pada waktu kaum muslimin menghadapi kaum kafir Quraisy dalam Perang Khondaq ia diikutsertakan.
Dalam perjalanan keimanannya, Zaid tumbuh menjadi seorang ilmuwan yang
banyak memiliki kelebihan. Ialah yang menuliskan wahyu untuk Rosulullah saw.
dan terus-menerus menghafalkannya. Kemudian ketika
Rosulullah saw. menyiarkan
dakwahnya ke luar wilayah tanah Arab, dengan cara mengirimkan surat kepada
raja-raja dan kaisar-kaisar, maka Zaid yang diperintahkan mempelajari bahasa
asing, dan ia berhasil melaksanakannya dengan baik. Penguasaannya terhadap
wahyu- wahyu Allah, dikemudian hari, menjadikannya sebagai orang kepercayaan
Kholifah Abu Bakar ra. untuk menghimpun ayat- ayat Al-Qur’an seperti yang kita
baca sekarang.
SAHABAT MUHAMMAD ROSULULLAH SAW.
Jumlah
sahabat Muhammad Rosulullah saw. yang setia dan berjasa
bagi tegaknya Islam sangat banyak. Sepuluh orang di antara mereka yang
cukup menonjol sebagai berikut:
1. Abdullah
bin Mas’ud.ra.
Anak dari
Ummu Abdin ini semula budak milik Uqbahbin Mu’aith. Perkenalannya
dengan Rosulullah saw sangat unik. Abdullah bin
Mas’ud mengisahkan bahwa ketika itu ia masih remaja, menggembalakan kambing
kepunyaan ’Uqbah bin Mu’aith. Lalu datanglah Nabi saw. bersama Abu Bakar. Beliau bertanya. "Hai nak, apakah
engkau mempunyai susu untuk kami minum?" Abdullah bin
Mas’ud katakan, "Aku orang kepercayaan. Tidak mungkin memberi minum anda
berdua."
Nabi saw. bertanya: "Apakah
kamu punya kambing betina, yang belum dikawini oleh yang jantan?" Abdullah bin Mas’ud katakan: "Ada". Kemudian ia membawa
kambing yang dimaksud kepada mereka. Kambing itu diikat kakinya oleh Nabi, lalu
disapu susunya sambil memohon kepada Allah. Seketika itu menggelembung dan
berair banyak. Lantas Abu Bakar mengambilkan batu cembung yang digunakan Nabi
menampung perahan susu. Abu Bakar dan Abdullah bin Mas’ud turut
meminumnya. Setelah itu Nabi memerintahkan kepada susu kambing,
"Kempislah." Maka susu itu menjadi kempis.
Setelah
peristiwa itu Abdullah
bin Mas’ud datang menjumpai Nabi, dan
memohon, "Ajarkanlah kepadaku kata-kata tersebut." Nabi saw mengatakan, "Engkau akan menjadi seorang anak yang
terpelajar.
Apa yang disabdakan Nabi saw. tersebut, di kemudian hari
menjadi kenyataan. Dalam perjalanan keimanannya, Abdullah bin Mas’ud tampil sebagai
salah seorang tokoh Islam. Ialah pengumandang Al-Qur’an pertama kali dengan suara merdu.
Sedemikian merdu dan bagus bacaannya, sampai Muhammad Rosulullah saw. menitikkan air mata
mendengarnya. Karena kesalehan, ketakwaan, serta kehebatannya dalam ilmu
Al-Qur’an dan Fiqih, ia menjadi sahabat tersayang Rosulullah saw. sampai mendapat izin bebas
keluar masuk rumah beliau.
Mu`adz bin Jabal ra
Ia adalah seorang pemuda
Anshor yang tampan, pendiam, dan berahlak
mulia. Selain itu ia terkenal cerdas, cermat, dan
berani mengemukakan pendapat.
Mu`adz berbai`at kepada Muhammad Rosulullah saw. pada perjanjian Aqobah kedua, hingga
termasuk golongan pertama yang memeluk Islam (Assabiqunal
Awwalun). Keluasan pengetahuan
Mu`adz membuatnya termasyhur sebagai cendekiawan muslim. Dan
keahliaannya dalam ilmu fiqh, mendapat pujian dari
Rosulullah saw. sebagai orang yang
paling tahu tentang yang
halal dan yang haram di antara umatnya.
Mu`adz menguasai hukum-hukum Islam sejak masih muda, Hal itu
bisa disimak dari penuturan Abu Muslim Khoulani. "Saya masuk ke masjid
Hamzah. Saya dapati sekelompok orang tua sedang duduk, dan di tengah-tengah
mereka duduk seorang pemuda yang berkilat giginya. Anak muda itu hanya terdiam
Namun jika orang-orang tua itu ragu mengenai suatu masalah mereka berpaling dan
bertanya kepada anak muda tersebut Kepada seorang teman akrab, saya bertanya.
"Siapakah anak muda itu?" Temanku menjawab. "Itulah Mu`adz bin
Jabal. Seketika dalam hatiku tumbuh perasaan suka dan sayang kepadanya.
Kholid Ibnul Walid ra.
Semula ia
seorang kafir yang sangat menentang kehadiran ajaran Islam. Sikap tersebut dilampiaskannya dalam Perang Uhud, ia
menjelma sebagai pembunuh yang kejam, dan sempat menggetarkan hati orang-orang
beriman. Namun setelah memeluk Islam ia menjadi ujung tombak
pasukan muslim yang sangat diperhitungkan lawan.
Kholid Ibnul Walid memeluk Islam atas
kesadarannya sendiri, setelah merenungkan bahwa ajaran yang dibawa
Rosulullah saw. semakin nyata kebenarannya. Lalu ia mengajak Utsman bin
Tholhah menghadap Rosullullah saw. di Madinah Di
tengah perjalanan, mereka bertemu dengan ’Amr bin Ash, akhirnya mereka
bertiga ke Madinah. Kholid menyatakan
keislamannya langsung di hadapan Rasulullah saw. "Aku
berbai’at kepada engkau, ya Rosulullah. Mohon Engkau memintakan ampun
untukku
atas segala kekejamanku di masa lalu yang menghalangi jalan menuju
Allah."
Muhammad Rosulullah saw.
menerangkan, "Sesungguhnya
keislaman itu telah menghapuskan segala perbuatan yang lampau." Kholid
masih belum puas, "Sekalipun demikian ya Rosulullah..." Seketika Nabi
saw. berdoa, "Ya Allah, aku mohon engkau ampuni dosa Kholid
Ibnul Walid terhadap tindakannya menghalangi jalan-Mu pada masa lalu."
Tindakan Kholid memeluk Islam
diikuti oleh ’Amr bin Ash dan Utsman
bin Tholhah.
Karena
kehebatannya dalam medan perang sudah terkenal sebelum memeluk Islam,
maka Kholid dipercaya memegang tongkat komando barisan kaum
Muslim dalam Perang Muktah. Prestasinya dalam perang ini sangat
mengagumkan.
Berkat kamatangannya mengatur strategi, jumlah pasukan Islam yang
tinggal separohnya dapat diselamatkan, bahkan berhasil
meraih kemenangan. Sejak itulah ia selalu dipercaya menjadi panglima
dalam
perang-perang berikutnya. Juga pada masa Kholifah Abu Bakar dalam perang
menumpas nabi-nabi palsu, dan orang-orang yang murtad setelah Nabi saw.
wafat. Kholid juga berjasa dalam membebaskan Irak dari
cengkeraman Kekaisaran Persia
dan tanah Syiria dari jajahan Romawi.
Ia salah satu sahabatyang disegani kawan dan ditakuti lawan. Wajar jika
para
sahabat menobatkannya sebagai "Pedang Allah".
Hamzah bin Abdul
Mutholib ra.
Ia adalah
paman Rosulullah saw. yang menjadi salah seorang tokoh muda Suku Bangsa
Quraisy. Ia terkenal sangat cerdas, dan memiliki pendirian yang
teguh.
Sejak
Rosulullah saw. meyebarkan agama Islam, sesungguhnya
Hamzah telah mengakui kebenarannya. Akan tetapi kedudukannya sebagai
tokoh Quraisy yang terpandang sempat membuatnya bimbang. Baru setelah
mengetahui Nabi dihina-hinakan segenap pemuka kaum kafir Quraisy, ia
tergerak membelanya. Tidak lama kemudian ia pun
menyatakan diri memeluk Islam
dan membaktikan diri sepenuhnya pada
Allah SWT. Sejak keislaman Hamzah orang-orang yang beriman mulai
dihormati oleh
orang-orang kafir Quraisy.
Hamzah sangat berjasa dalam Perang Badar dan Perang
Uhud. Keberanian, kelincahan, dan keberingasannya di medan perang sangat
mengagumkan. Maka pantaslah jika ia mendapat julukan "Singa Allah".
Nama Hamzah kian semerbak sebagai syuhada dalam Perang Uhud oleh tombak Wahsyi,
seorang budak suruhan Hindun binti ’Utbah, istri Abu Sufyan. Kelak di kemudian
hari, Wahsyi memeluk Islam.
Dua Kelompok Sahabat
Sahabat adalah tokoh-tokoh Islam
yang hidup sezaman dengan Nabi Muhammad Rosulullah saw,
dan turut serta berjuang menegakkan Islam
bersama beliau. Tentang kualitas keimanan dan ketakwaan mereka, Nabi saw.
bersabda, "Sebaik-baik
manusia adalah generasiku (para sahabat Nabi saw.), kemudian
orang-orang yang sesudah mereka (para Tabi’in), lalu orang-orang sesudah mereka
lagi (Tabi’it Tabi’in). Setelah itu datanglah golongan-golongan yang kesaksian
mereka mendahului sumpahnya, dan sumpahnya mendahului sumpahnya". (HR.
Bukhori dan Muslim)
Selain
keempat kholifah dalam bab sebelumnya, masih banyak Sahabat yang perlu dikenang
karena perjuangannya yang gigih dalam menegakkan Islam.
DUA
KELOMPOK SAHABAT
Sahabat Muhammad Rosulullah saw., digolongkan dalam dua kelompok.
1. Kaum
Muhajirin, ialah sahabat Nabi yang berasal dari Mekah dan berhijrah ke
Madinah
untuk menghindari kekejaman kaum kafir Quraisy.
"Dan ingatlah (wahai para muhajirin) ketika kamu masih sedikit, lagi
tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang akan menculikmu,
maka
Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan memperkuat kamu dengan
pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik
agar kamu bersyukur." (QS. 8/Al-Anfal: 26)
2. Kaum Anshor, ialah orang-orang Islam penduduk
asli
Madinah yang menyambut baik kehadiran
para
Muhajirin, kemudian saling bahu-membahu menegakkan Islam. "Dan orang-orang yang menyiapkan rumah sebelum
kedatangan mereka (Muhajirin), mereka menyayangi orang-orang yang hijrah/pindah
kepada mereka.dan di dalam dada mereka tidak ada suatu keinginanpun terhadap
apa-apa yang telah diberikan (harta pampasan) kepada mereka (orang Muhajirin);
dan mereka mengutamakan (orang Muhajirin) atas (kepentingan) mereka sendiri,
sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang terpelihara dari kekikiran
dirinya, mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan." (QS. 59/Al-Hasyr: 9)
Abu Huroiroh ra.
Ia adalah
seorang yatim yang miskin. Semula ia pembantu Busroh binti Ghozwan. Ia
datang
menghadap dan berbai’at kepada Muhammad Rosulullah saw., ketika beliau
berada di Khoibar. Itu ia lakukan atas
dorongan rindu kepada Rosulullah saw. yang telah menyebarkan
ajaran penuh damai dan kasih-sayang. Jadilah ia termasuk orang-orang
yang
masuk Islam di hari kemudian, tepatnya pada tahun ketujuh
hijrah. Sekalipun demikian sejak menyatakan diri memeluk Islam, ia
nyaris tidak pernah berpisah dengan Nabi saw., kecuali pada waktu tidur.
Hal itu berlangsung sampai empat
tahun hingga wafatnya Nabi saw.
Berkat daya ingatnya yang kuat, Abu Huroiroh menjadi
sahabat yang paling banyak menghafal hadis. Tentu saja karena ia juga
selalu mendampingi Nabi kemana pun beliau pergi. Dan setelah Rosulullah saw. wafat, ia terus-menerus
menyampaikan hadis-hadits, sampai-sampai para sahabat curiga, dari mana
datangnya hadits-hadits Abu Huroiroh, dan kapan ia mendengar dari Nabi?
Menghadapi hal ini Abu Huroiroh ra. menerangkan, ’Sungguh kalian
mengemukakan bahwa Abu Huroiroh terlampau banyak meriwayatkan hadits dari
Rosulullah saw. Sungguh saya ini seorang miskin yang selalu mengikuti Rosulullah saw. dengan perut kenyang.
Sementara kaum Muhajirin disibukkan oleh urusan jual-beli di pasar, sedangkan kaum
Anshor sibuk mengurus harta-benda mereka. Saya selalu hadir di dekat
Rosulullah saw. Suatu hari beliau bersabda: "Barangsiapa
mengembangkan cadarnya sampai selesai ucapanku, sesudah itu melipatnya,
maka dia tidak akan lupa sedikitpun apayaid didengarnya dariku’. Lalu
mantel yang saya pakai selalu saya kembangkan (setiap
Rosulullah saw. menyampaikan petuahnya). Demi Allah yang mengutus beliau
membawa
kebenaran, saya tidak lupa sedikit pun apa yang saya dengar dari
beliau". (HR. Bukhori) Karena Abu Huroiroh ra. selalu mengikuti Rosulullah saw. kemanapun beliau pergi,
maka ia tidak memiliki kesempatan mencari nafkah. Oleh karena itu makan dan minumnya diberi oleh Rosulullah
saw.
Bilal bin
Robah ra
Ia adalah
seorang Habsyi dari golongan kulit hitam yang menjadi budak Umayah bin
Kholaf, salah seorang
pemuka Bani Jum’ah. Seringnya kekhawatiran
Umayah terhadap kebenaran yang dibawa oleh Nabi saw, menjadikan Bilal
tertarik memeluk Islam. Setelah menyatakan diri memeluk Islam, Bilal
menerima berbagai macam siksaan dari tuannya. Tidak
jarang pada siang hari, dengan dada telanjang ia direbahkan
di pasir gurun yang panas lalu dicambuk bertubi-tubi.
Melihat Bilal masih juga mewiridkan "Allahu ahad, Allahu ahad (Allah
Maha Esa, Allah Maha Esa)..siksaan terhadapnya
diperberat. Umayah memerintahkan para algojonya
menindihkan batu besar di atas tubuh Bilal,
seraya menjanjikan kebebasan apabila Bilal bersedia kembali mengakui Lata dan Uzza. Namun Bilal
bersikukuh pada pendiriannya, tetap memeluk Islam.
Berhari-hari Bilal menerima siksaan yang teramat
berat, sampai tiba saat Abu Bakar ra. memerdekakannya. Sejak itu Bilal menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari kaum muslim. Ia turut hijrah dan menetap di
Madinah. Dan sewaktu Muhammad Rosulullah saw
mensyari’atkan azan sebagai
panggilan sholat lima waktu, Bilal terpilih sebagai muazin (orang yang
mengumandangkan adzan). Suaranya yang merdu dan empuk, menggetarkan kalbu
setiap orang yang beriman. Karenanya ia mendapat julukan muazin
Rosulullah saw. Dan pada Perang Badar, atas kehendak Allah SWT, Bilal berhasil membunuh
Umayah bersama algojonya yang pernah melakukan penyiksaan terhadap dirinya.